MAKALAH
SEJARAH INDONESIA ZAMAN PENGARUH
BARAT
Tentang
“ ekspansi kolonial
keluar pulau jawa”
“Perang Batak 1878 – 1907”
Oleh :
Kelompok VI
1.
RETTU FITRIA NITA 1106545
/2011
2.
SERLY MEGA SARI 1106567
/2011
3.
ROSI RAHMADENI 1106543
/2011
4.
VISKA LIANA 1106539/2011
5.
DAUMAR MIKE PAHUTAR 1106559/2011
6. AGUSTI PANDANI 1106541 /2011
7. AFRIBEBNASARI 05539 / 2008
Dosen Pembimbing:
Drs.
Zul ‘Asri, M.Hum.
JURUSAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2013
EKSPANSI
KOLONIAL KELUAR JAWA ( 1878 – 1907)
PERANG
BATAK
1.
Sebab
Perang
Perang Batak atau perang Si Singa
Mangaraja dimulai dari tahun 1878 – 1907 yang terjadi selama 29 tahun. Perang
batak ini terjadi disebabkan kedatangan bangsa Belanda kepedalaman Batak yang
waktu itu dipimpin oleh Si Singa Mangaraja XII sebagai ahli waris dari Si Singa
Mangaraja XI yang masih bebas dari bangsa Belanda. Daerah Batak ini terletak di
Danau Toba dan sekitarnya, Batak merupakan sebuah daerah yang tentram dan damai
karena terhindar dari pertentangan dan ketagangan dan juga masyarakat disekitar ini percaya kepada pemimpin mereka yang akan
menjaga kesalamatan mereka semuanya.
Masyarakat sekitar sangat susah
menerima pengaruh dari luar yang meraka
anggap sebagai penganggu tradisi mereka, namun hal ini tidak bisa dihindari
lagi karena pemerintahan Hindia Belanda selalu ingin memperluas pemerintahan
mereka. Sebelumnya sudah ada juga pada masa VOC tetapi tidak begitu berpengaruh.
Tapi sejak ahir abad ke XIX pemerintaha Hindia Belada selalu mengirim
ekspedisi mereka untuk melakukan penaklukan
dan pendudukan sehingga membentuk daerah pamong praja disana.
Setelah perang paderi berakhir,
Hindia Belanda bergerak menuju daerah sekitar termasuk daerah sekitar Danau
toba terjadilah pendudukan dan selanjutnya Hindia Belanda membentuk keresidenan
disana. Dalam pebentukan keresidenan Daerah Batak yang berda disebelah utara
dimasukan kedalam keresidenan Tapanuli termasu daerah Sipirok yang belum
didudukinya dimasukan kedalam keresidenan tersebut dan beberapa kepala huta
harus berjanji dan tundudk kepada pemerintahan Hindia Belanda. Setelah daerah
Sipirok dan tapanuli di ambil alih oleh Belanda terbukalah jalan menuju
Silidung dan Toba, sehingga kedaulatan tanah batak mulai terancam.
Pemerintaah Hindia Belanda mengirim
beberapa Residen[1]
untuk meneliti daerah perdalaman Batak. Dari penyelididkan diketahui Daerah
batak belum memiliki agama resmi sehingga terniatlah oleh pihak Belanda untuk
menyebarkana agama keristen ditanah Batak tersebut. Untuk kepentingan gama
dikirimlah Dr.N.Van Der Tuuk, pada tahun 1849 ia sampai di Barus dan berusahan menyusup kedaerah Toba . kedatangannya
disambut dengan kebencian oleh rakyat Toba sehingga ia hampir terbunuh tetapi
karena menimpu rakyak ia mengaku sebagai
keluarga Si Singa Mangaraja X
yang tewas dalam perang paderi dan juga diperkuat oleh raja Lumbung ia
bisa membebaskan diri dari ancaman tersebut. Tahun 1853 ia diterima oleh Si
Singan Mangaraja XI di Bakkara. Sejak
tahun 1960 agama keristen banya memasuki
daerah Danau Toba pos – pos Zeding juga
mulai berdiri didaerah tersebut. Sejalan
dengan itu pemerintaha Hindia Belanda mengerkan pasukan meliternya ke daerah
Barus dan Singkel dan memasukan perdalam
Aceh. Dalam keadaan yang sama Si Singa Mangaraja XI meninggal dan digantikan
dengan Patuang Bosar Ompu Pulo Batu yang bergelar SI Singan Mangaraja XII.
Melihat kondisi masyarakat sekitar
Si Singa Mangaraja XI, takut agama keristen akan berkembang dan banyak dipeluk
oleh rakyatnya, disisi lain ia juga takut kedudukankya tidak dianggap lagi maka yang ditakutkan lagi oleh Si Singa
Mangaraja terputusnya hubungan antara
rakyat dan pimpinan negerinya yang dahulu sangat ketat sehingga hal inilah yang
menyebabakan Si Singa Mangaraja berusaha untuk mengusir Belanda dari tanah
Batak.
2.
Jalanya
Perang
Puncak meledaknya perang ini dimana orang – orang
dari Si Singa Mangaraja membakar zeding
– zeding dan juga membakar rumah – rumah, hal ini juga dipacu oleh pihak
Belanda dimana terdengar bahwa pasuka Si Singa Mangaraja XII dengan batuan Aceh telah siap untuk perang di Slindung. Sehingga inilah yang menyebabkan
Belanda panas dan langsung pergi ke Silindung untuk menyelamatkan rakyat yang
beragama Keristen disana[2],
masukan pasukan meliter Belanda disambut oleh Si Singa Mangaraja dengan pernyataan perang maka tahun itu juga meletus perang di
Silidung.
1 Februari 1987 untuk memperkuat pasukan Belanda di Slindung
pasukan Belanda diberangkatkan dari Sibolga
dibawah pimpinan Kapten Scheltes
yang terdiri dari 2 opsir, 25 orang prajurit Eropa dan 35 orang Prajurit
Pribumi dll. 6 februari mereka sampai di Pea Raja kepala kampung dikumpulkan
dan meraka menuu Sipoholong dangan tujuan menduduki Bahal Batu, dalam hal ini
rakyat Batak memiliki 2 macam benteng yag sangat sulit ditembus oleh pihak
lawan[3].
Bulan februari 1987, ketika Si Singa
Mangaraja megetahui bahwa pasukan Belanda telah sampai di Bahal Batu ia segera ke Balige untuk mengumpulkan
rakyat dan menyusun kekuatan untuk
melawan musuh. 700 orang pasukan Si Singa Mangaraja langsung menyerang kubu –
kubu pertahanan musuh. Pihak Belanda melakukan serangan balik sehingga terjadilah pertempuran yang sengit
di Bahal Batu. Namun melihat persenjataan yang berbanding terbalik pihak Si
Singa Mangaraja berserta pasukannya mundu, hasilnya Belanda berhasil menduduki
tempat tersebut.
7 maret 1987 Belanda mendapat
bantuan dibawah pimpinan FJ Engel
pasukan ini disertai dengan residen Sibolga dan pendeta Nommesen. Pada
saat itu pertempuran terus merambat keperdalam Bahal Batu. Pertempuran di Butar
pasukan Batak berhasil membunuh seorang tentara Belanda sehingga belanda mengadakan pembelasan dengan membakar kampung – kampung yang ada
disekitarnya tapi kampung Butar dengan tembok yang tinggi sangat sulit bagi
Belanda untuk menerobos jantung kampun tersebut, namun Belanda dapat menerobos
kampung tersebut yang diketahui bahwa kampung itu kosong ternyata yang dapat
ditawan hanya kepala kampung Butar.
Pertempuran sengit juga terjadi di
kampung Lobu Siregar dan Upu Ni Sirabar yang awalnya sangat susah diduduki oleh Belanda namun karea kegigihan Belanda mereka berhasil
menduduki kampung tersebut, sedang pasukan Si Singa Mangaraja menarik diri dari
tempat tersebut sedangkan kepala kampung ditawan oleh Belanda dan kampung
tersebut dibakar. Namun sesudah perang di Lobu dan Upu pihak Belanda kembali ke
Sibolga. Sedangkan Si Singa Mangaraja sedang menyusun strategi untuk menyerang
pihak belanda kembali. Disaat bersamaan pasukan
Belanda megepung daerah disekitar
Danau Toba dan menagkap semua kepala
kampung yang membangkang. Disaat bersamaan pasukan Si Singa Mangaraja menyerang
pos pertahan Belanda di Bahal Batu. Akan
tetapi Belanda berhasil medahuluinya dengan tembakan – tembakan sehingga
pasukanya ditarik mundur oleh Si Singa Mangaraja.
Perhatian Belanda tertuju secara
penuh kekampung Bakkara dan Lumbung Raja yaitu tempat tinggal Si Singa
Mangaraj. Pertempuran dimulai ketika pihak Belanda meladakan motir kedalam
benteng Bakkara dari bukit dimana tempat pasukan Si Singa Mangaraja sehingga
pertempuran mulai meletus. Tembankan dari pasukan batak dibalas dengan lemparan
granat oleh pasukan Belanda, sehingga pasukan batak kualahan menghadapi Belanda
yang berhasil mengepung dari seluruh penjuru walaupun awalnya sangat kesulitan
namun kampung Bakkara dapat diduduki
oleh Belanda. Semua orang yanga ada didlamanya menjadi tawanan oleh Belanda.
Setelah kampung bakkara dapat
diduduki oleh belanda pasukan Si Singa Mangaraja menyingkir menuju Paranginan untuk mempersiapkan penduduk bagian selatan
Danau Toba. Benteng pertahan segera dibuat
di Meat, Balinge, Tambunan dan lagu Boti yaitu tempat panesehat Si Singa
Mangaraja XII yaitu Raja Deang. Bulan mei Belanda menuju Paranginan kemudian bergerak ke Gurgur dengan maksud menyerang Baligen dan raja
Deang. Kemudian menuju Meat sesampai disana pasukan Pasukan Belanda
dihujati oleh pasukan Batak, karena tempatnya yang tidak cocok pasukan Batak
menyerang dari atas sedangkan pasukan belanda dibawah sehingga pasukan
Belanda tidak sempat untuk membalaskan
dendam, namun pasukan Belanda dapat bantuan sehingga pasukan batak menarik diri
dari pertempuran .
Setelah daerah – daerah disektar Danau Tobak dikuasai oleh Belanda
tahun 1883 pasukan batak sampai di Uluan yang bertepatan dengan tindakan
Belanda menempatkan seorang kontrolir di
balige termasuk Uluan dan Lagu Boti. Tindakan Belanda disambut oleh
penduduk dengan acuh tak acuh, sehingga membuat kontrolir belanda memintak
bantuan sehingga dikirimlah pasukan.
Si Singa Mangaraja kembali ke
Babanan dan merencanakan segera gerakan baru di Uluan. Tanggal 18 Juli
pasukan Belanda bergerak dari Balige meniju Lagu Boli dibawah Pimpinan Kapten Genet. Berarti
pasukan Belanda di Balige berkurang ini kesempatan bagi pasukan Batak untuk
menyerang Balige dan mebakar gedung – gedung pertemuan, penjara dan juga membakar
gudang kopi. Pihak Belanda membalas perbuatan tersebut dengan cara ultimatun
kampung Lagu Boti dan Uluang, menyerahka orang – orang yang dianggap sebagai
pembunuh belanda berserta dengan dendanya. Namun orang – orang yang berda
dikapung tersebut tidak ma sehingga Belanda menyerang kampung tersebut tanggal
29 juli. Pertempuran demi pertempura membuat psukanbatak kualahan menghadapi
pasukan belanda sehingga kampung Huta Dalah akhirnya jatuh dan kepala kampung
tewas. Kemudia Huta Anggaris behasil direbut Belanda sedangkan Huta Angin
diperkuat sehingga megakibatkan Belanda susah masuk. Untuk memasuki Huta Angin, Belanda harus mengalahkan
terlebih dahulu Huta Ragga Bosi namun pasuka batak mengalir untuk mebantu Huta
tersebut dan menghantam pasukan belanda yang mengepung. Pertempuran demi
pertempuran yang mengakibatkan pasukan Batak kualahan menghadapi pasukan
Belanda ang menyebabkan pasukan Si Singa Mangaraja terbagi dua dan berhasil
menguasai Huta Saon Angin.
Selain perperang di Huta Saon Angin di Umpu tinggi sedang terjadi perlawan
yang sengit melawan Belanda di
Semanangkiang, serang itu dapat dipatahkan oleh Belanda sedangkan pasukan Si singa Mangaraja terus
didesak ke Barat laut Huta Timbang, pada saat itu Huta Timbang telah diduduki
oleh Belanda sehingga terjadi disana
pertempuran yang sengit sehingga Huta
ini tidak bisa di amankan dan akhirnya
Huta ini jatuh ketangan Belanda.
Belanda akan menyerang Huta – Huta
lainya tetapi cuaca tidak mengizinkan sehingga mereka menuruna niat. Kemudian
belanda mengrahkan pasukan ke Huta Tinggi yang Kedua. Scafer dan Spandaw
menyerang dari sebelah selatan dan timur tapi
karena benteng ini dibuat dari rajau – ranjau yang sangat menyusahkan
bagi pihak belanda untuk menerobos kampung tersebut. Namun ini berhasil diatasi
sehingga Belanda dapat meguasai diseluruh penjuru melihat kondisi ini pasukan
Si Singa Mangaraja mengakat bendera Putih yang berarti tanda damai.
30 Juli diadakanlah pertemuan kedua
belah pihak, pihak Belanda memintak denda dua kali lipat dari yang diminta awal, dalam keadaan sulit pihak Belanda tidak
menuntut dalam bentuk uang tetapi apa
saja barang – barang asal dapat dibayar. Perperang diundur untuk sementara .
pembayaran ini dibatasi 1 Agustus, tetapi Huta Datu Hari tidak mau membayar sehingga terjadilah
penyerangan oleh pihak Belanda, sama dengan Huta – huta lainya sangat sulit
ditrobos dengan berhasilnya Belanda menduduki Huta Datu hari maka seluruh
wilayah Lagu Boli telah diduduki oleh Belanda.
Daerah yang belum dikuasai oleh
belanda masih memihak kepada Si Singa
Mangaraja yaitu daerah Naga Seribu,
Muara Bakkara, tangga Batu, dan Paraginan. Sehingga pasukan Belanda terus –
menerus melakukan perlawanan. Tanggal 7 Agustus Tangga Batu dapat diduduki oleh
Belanda, 9 Agustus Paraginan diduduki oleh Belanda dan kepala kampungnya
dikenakan denda, sedang bakkara menolah sehingga 6 Huta disekitarnya dibakar
oleh pihak Belanda. Tanggal 25 agustus
pejuang – pejuang Batak melakukan penyerangan terhadap Belanda dimalam hari dan
menyatakan perag kepada pihak Belanda di Semnangkiang.
Daerah Si Torang sudah mulai
terancam, pada tanggal 27 Agustus pasukan Belanda bergerak menuju Pintu Batu
disebuah padang lalang mereka diserang oleh 80 orang pejuang Batak dari Si
Toramg, sedangkan dari sisi lain pihak Belanda juga diserang oleh penduduk
Belanda. Serag ini berhasil dipatahkan dengan tembakan antileri, senapan dan
penghancur dengan mitraliur dan infanteri. Huta Boksa dapat diduduki seterusnya
Belanda menyerbu Prabu Angin dalam usaha
menjatuhkan Si Torang, denga berapa taktik Perabu Angin dapat dikuasai oleh
belanda demikian juha Si Jarot pusat dari kampung Si Torang. Patigi dan Si Ria
– Ria diduduki Belanda 1 September sesudah itu Pos Belanda kembali ke
pertahanan Lagu Bot, sedangkan Si Singan Mangaraja mengadakan perlawanan
didaerah lain.
Perperang dari tahun - ketahun semakin menjadi. Tahun 1887 timbul
perlawanan dari Kota Tuo dengan bantuan pejuang – pejuang Aceh yang datang dari
daerah Bebas di Trumor. Perlawana ini dapat dipatahkan oleh Belanda dibawah
pimpinan JA Visser. Selain itu tahun ini juga terjadi penyerbuah dibawah
pimpinan Sarbut, pos – pos zeding dibakar karena peristiwa ini Lobu Si Reger
diduduki oleh Belanda. Dipihak lain Belanda semakin membabi buta dngan membakar kampung – kampung yang menolak
mebayar denda. Pada saat yang bersamaan Hindia Belanda juga melawan Aceh
sehingga Belanda menfokuskan diri untuk menghadapi Aceh yang kekuatanya jauh
lebih besar sedangkan perlawan terhadap tanah
Batak dikurangi oleh Belanda.
Pada saat Belanda lenga Si Singa
Mangaraja menghimpun pasukan untuk kekuatanya. Tahun 1889 ia aktif didaerah
bagian tenggara dan Barat Danau Toba
serta Pulau Simosir. Bulan Mei Si Singa Mangaraja di daerah Huta Paong
siap untuk menyerang Belanda bersamaan
90 pejuang batak, 70 orang letnal Pitlo, bulan Juli pertempuran mulai meletus.
Walaupun terdesak ke Lobu Tala kemudian 8 Agustus pasukan Si Singa Mangaraja
mengadakan serangan balasan dan berhasil menewaskan seprang pasukan Belanda dan
mengusir mereka dari sana. Untuk mebalaskan serangan dari Si Singa Mangaraja
Belanda mengirim tentara dari Padang.
Perlawanan demi perlawanan yang
terjadi antara Pasukan Si Singa Mangaraja dengan Belanda membuat pejuang Batak
kaulahan menghadapi Belanda, sampai Simosir juga diduduki oleh Belanda,
sehingga gerak Si Singa Mangaraja semakn sempit menginggat daerah kebayakan
sudah jatuh ketangan Belanda. Sekarang pasukan Si Singa Mangaraja bertahan di
sebelah barat Danau Toba yaitu Pak – Pak dan Dairi.
3.
Akhir Perang
Yang
awalnya pasukan Si Singa Mangaraja masih melakukan perlawana namun tahun 1900
kekuatan Si Singa Mangaraja semakin surut. Sehingga perlawanna tidak dikerahkan
untuk melakukan penyerangan sebanyak mungkin melainkan memperthankan diri dari
serangan lawan selain penduduk daerah Dairi dan Pak – Pak Masih setia kepada
mereka. Selain itu Belanda juga
melakukan gerakan pembasmi gerakan – gerakan perlawanan yang ada diSumatera ( Aceh dan Batak).
Operasi diketuai oleh Overste Van Daelan yang bergerak dari Aceh terus ke
Batak. Mereka mengadakan pengepungan dan mebakar kamung – kampung yang
membangkan pertempuran semakin sengit antara kedua belah pihak.
Pada saat Belanda sampai di daerah
pak – Pak dan Dairi pasukan Si Singa
Mangaraja semakin terkepung sedangkan di lain pihak hubungan mereka dengan Aceh
sudah terputus. Denga terdesaknya
pasukan Si Singa Mangaraja merka terus berpindah – pindah dari satu
tempat ketempat yang lain untuk menyelamatkan diri. Tahun 1907 pengepungan yag
dilakukan oleh Belanda terhadap pasukan Si Singa Mangaraja dilakukan secara
intensif yang dipimpin oleh Hans
Christoffel.
Dimulai menelusuri jejak Si Singa
Mangaraja oleh Belanda namun merak gagal menangkap Si Singa Mangaraja dan anak
istri Si Singa Mangaraja ditawan oleh Belanda. Boru Situmorang ibu Si Singa
Mangaraja tertangkap dan dijadikan tawanan perang oleh Belanda sementara itu Si
Singa Mangaraja belum juga mneyerahkan diri dan belanda terus mencari sampai tanggal 28 Mei pihak belanda
mengetahui bahwa Si Singa Mangaraja berada di Barus maka Wenzel menarahkan pasukan untuk
menangkapnya tetapi tidak berhasil.
4 Juni 1907 pihak Belanda mengetahui
bahwa Si Singa Mangaraja berada di Penegen dan Bululage dan mereka melakukan
pengerebekan melalui Huta Anggoris yang tak jauh dari panguhon. Ternyata Si
Singa Mangaraja telah meninggalkan tepat itu sebelum mereka datang. Si Singa
Mangaraja terus menyikir ke darah Alahan
sementara itu Belanda terus mengejar melalui kampung Batu Simbolon,
Bongkaras dan Komi. Banyak penduduk sekitar ditangkap karena dicurigai
bekerjasma dengan Si Singa Mangaraja. Berbagai usaha yang dilakukan Belanda
tanggal 17 jJuni 1907 Si Singa Mangaraja berhasil ditangkap didekat Aik Sibulbulon ( derah Dairi ) dalam
keadaan lemah Si Singa Mangaraja dan pasukanya terus mengadakan perlawanan.
Dalam peristiwa Si Singa Mangaraja tertebak oleh Belanda sehingga pada saat itu
Si Singa Mangaraja mati terbunuh ditempat. Disaat yang bersamaan anak perempuan
dan dua putra laki – lakinya juga gugur sedankan istri, ibu dan putra – putra masih menjadi tawana perang
oleh Belanda . dengan gugurnya Si Singa Mangaraja maka seluruh daerah Batak
menjadi milik Belanda. Sejak saat itu
kerja rodi didaerah ini meraja lelah struktur tradisional masyarakat semaki
lama semakin runtuh.
4.
Dampak
Perang
Orang
batak banyak terbunuh dan banyak kerugian yang ditimbulkam, rumah – rumah
hancur dibakar, agama Keristen saat itu meraja lelah tampa ada halangan dari
pihak manapun sedangkan pihak Belanda mengalami kebangkrutan dana yag disebakan
karena saat bersamaan Belanda juga menghadapi Aceh yang begitu kuat sehingga
didatang pasukan – pasukan dari luar yang dibayar mahal
KESIMPULAN
Perang Batak yang terjadi selama 29
tahun yang berawal dari ketidak sukaan Si Singa Mangaraja terhadap Belanda yang
sengaja menyebarkan agama keristen yang mengakibatkan Si Singa Mangaraja melakukan
perlawan karena takut Belanda menguasai
daerah tesebut secara luas lagi sehingga ia takut peranya sebagai pemimpin
dapat disingkirkan oleh Belanda disisi lain Si Singa Mangaraja sebagai pemimpin
juga takut Belanda mempengaruhi rakyat dan bisa berubah struktur kebuadayaan
yang ada disana. Perperangan demi perperangan yang terjadi sangat merugikan
bagi rakyat Batak. Perperangan yang berlangsung sangat lama berhasil
dimenangkan oleh Pihak Belanda dengan gugurnya Si Singa Mangaraja di medan
perang. Sehingga Belanda berhasil menduduki daerah Batak keseluruhannya.
DAFTAR PUSTAKA
Poesponegoro, Marwati
Djoened dan Nugroho Noto S. 1984. Sejarah
Nasional Jilid VI.Jakarta : balai
Pustaka
Dekker,Nyman.1975.Sejarah
Indonesia dalam Abad XIX.YPTP Ikip Malang : Amamater
Sidjabat,Bonar.1982.
Ahu Si Singamangaraja. Jakarta : Kintamani Ofset
[1] Tahun
1840 mengirimkan F.Junghun dan tahun 1843 Von Kessel
[2] Belanda
pergi ke Slindung 8 januari 1987
[3] Benteng
Alam terletak didaratan tinggi Toba dan Silindung terdiri dari pergunungan baik yang berhutan
gundul maupun lebat dll, dan juga
benteng yang dibuat sendiri yaitu benteng kampung.
kak mintak materinya ya kak buat referensi..
BalasHapuskesimpulannya, salah..., belanda menjajah bukan menyebarkan agama kristen, tapi menguras harta dan mengambil rempah2 dari indonesia. dan struktur dibatak tdk ada perubahan, karena tetap menganut DALIHAN NATOLU.
BalasHapusperang Batak adalah salah satu perang terlama dalam sejarah penaklukan Belanda di Indonesia
BalasHapusBelanda memanfaatkan missionarin Jerman, Nommensen yg memiliki pengaruh kpd pengikutnya Org Batak yg sudah jadi Kristen.
BalasHapusMeski tujuan Belanda utk memperluas wilayah jajahan, jelas, penyebaran agama Kristen di Tanah Batak berdarah2. Batak pengikut Nommensen yg sudah Kriste, dibenturkan dg Batak yg masih setia kpd agama Malim, pimpinan Si Singamangaraja XXII