Sabtu, 28 Desember 2013

hubungan luar negeri Australia - Indonesia pada masa revoulusi fisik



 
HUBUNGAN LUAR NEGERI AUSTRALIA - INDONESIA
PADA MASA REVOLUSI FISIK ( 1945 – 1950 )


Letak Geografis  Australia dan  Indonesia
                 Australia adalah sebuah benua kecil yang terletak  diantara Lautan Hindia  dan Lautan Pasifik yang bertetanggan dengan Indonesia.  Papua Nuguni di sebelah utara, Solomon dan Fiji disebelah timur. Secara geografis Australia masuk kedalam kawasan Lautan Pasifik walaupun negara ini lebih dekat ke kawasan Asia karena sangat dekat dengan Indonesia.  Australia merupakan negara ke enam terluas  didunia yang memiliki luas 7.792.000 Km2  yang wilayahnya empat kali luasnya Indonesia. Benua ini dikontrol secara tunggal oleh sebuah federasi yang disebut Australia yaitu nama aslinya ( Commonwealh of Australia ) di bentuk  1 Januari 1901.
                 Indonesia adalah negara yang terletak disebelah Utara Australia, yang pada saat itu belum menjadi sebuah negara  mardeka. Negara yang luas, penduduk yang banyak dan kaya akan sumber daya alam.
Latar Belakang Australia Melirik  Indonesia
            Di Australia ada tiga partai yang selalu berkoalisi untuk mendapat kursi pemerintahan yaitu Partai Baruh, Partai Liberal dan Partai Country ( nasional). Partai ini saling berkoalisi untuk menduduki kursi pemerintahan. Pada tahun 1945 yang menduduki kursi pemerintahan adalah partai buruh. Perdana menteri Australia adalah J. B. Chifly  dan Menteri Luar Negeri Australia adalah  Herbert Vere  Evatt,   Hubungan luar negeri Australia  dimulai  sesudah Perang Dunia II. Australia yang bekerjasama dengan Amerika Serikat setelah  Perang Dunia II mempunyai tujuan yaitu mengantisipasi masalah pertahanan, yang bisa dikatakan sebagai kepentigan pertahanan meliter Australia. Yang sangat bergantung kepada Amerika Serikat. Akan tetapi Australia tidak hanya sampai disini, sebab masalah pertahanan tidak bisa diselesaikan dengan mengandalkan mesin pertempuran yang cangih. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, kesalahan  letak Asutralia mengharuskan negara ini menata kehidupan politik luar negerinya dengan mempertimbangkan Good Neighbourhood (tetangga yang baik) dengan negara sekitarnya. Dalam kaitanya dengan Australia, Containment Policy ( kebijakan pertahanan) yang diperkaisai oleh Amerika Serikat, membuat Australia harus memahami proses terjadinya kebangkitan nasionalisme di negara – negara Asia dan Afrika. Sehingga Australia mulai melirik Indonesia.
            Australia dan Indonesia  bertetanggaan sangat dekat, namun perhatian Australia pada saat itu terhadap Indonesia belum  ada, karena Australia  menganggap Indonesia adalah Hindia Belanda jadi mereka selalu mengadakan kerjasama dengan orang Belanda. Perhatian Australia sudah mulai ada ketika  Australia mulai menyadari Indonesia merupakan sebuah kawasan yang kaya akan sumber daya alam dan juga sangat strategis untuk bisa melindungi Australia dari serangan bagian Utara karena wilayah ini sangat mudah diserang dibagian utara. Jadi yang ditakutkan Australia serangan dari sebelah utara ( Jepang, Indonesia dll ). Untuk mempertahankan negaranya Australia berusaha mengadakan kerjasama dengan Indonesia.  Sehingga ia berusaha mengambil simpati terhadap Indonesia
Kondisi  Indonesia tahun 1945
            Indonesia pada masa ini sedang berusahan mendapat kemerdekaan dari Belanda. Akibat  penderitaan  yang selalu dirasakan oleh rakyat  karena kolonialisme barat. Keinginan untuk mencapai kemerdekaan sangat besar. Sehingga terjadi perlawanan secara besar – besaran. Australia sangat banyak membantu Indonesia dalam bidak politik yaitu mengirim angkatan bersenjata Australia untuk mengusir Jepang. Sesudah  kemerdekaan Indonesia masih berjuang dengan agresi militer I dan II untuk melawan Belanda.
Hubungan Australia dan  Indonesia
            Hubungan  Australia dengan  Indonesia masih sangat lemah karena terlalu banyak perbedaan antara keduanya baik itu dari sistem politik, sosial, budaya, hukum serta latar belakang sejarah keduanya yang sama sekali tidak mempunyai kesamaan. Tapi karena Australia dekat dengan Indonesia mau tidak mau Australia harus melakukan kerjasama dengan Indonesia, apalagi masalah keamana dan pertahanan negara mereka.
            Australia telah menjalin hubungan dengan Indonesia sebelum kemerdeaan Indonesia 1945. Simpati Australia ditandai dengan peryataan Menteri Luar Negeri Australia, Dr. Herbert Vere Evatt, yang pada waktu kunjungannya ke Amerika Serikat menyarankan agar Hindia Belanda dan Indonesia dapat menjadi mitra yang erat dalam mengembangkan dan mendatangkan cara hidup yang lebih baik bagi rakyat Indonesia. Selain itu, Indonesia mendapat dukungan dari partai yang ketika itu bersuara di pemerintahan Australia. Menanggapi pertikaian antara Indonesia-Belanda partai buruh menginginkan Belanda agar lebih liberal dan realistis dalam menyesuaikan tuntutan  rakyat Indonesia. Harapan dari  pemerintah Australia terhadap pendapatnya tentang Indonesia dan Belanda, dengan tidak mendukung kolonialisme dan tidak mendukung nasionalisme Indonesia maka pemerintah Australia punya keyakinan akan dapat melindunggi keamanan Australia dan membantu stabilitas kawasan Asia Tenggara.
            Usaha-usaha Pemerintah Belanda untuk menegakkan kembali kolonialnya di Indonesia diantara tahun 1945-1949 benar-benar dihalangi oleh Serikat Buruh dan Pemerintah Australia yang pada saat itu dikuasai oleh Partai Buruh. Kapal-kapal Belanda tidak tidak diberi bahan bakar, dan para pekerja pelabuhan tidak mau menaikkan muatan bahan persediaan ke atas kapal Belanda.
            Australia berperan penting dalam menbantu para pejuang nasonalis Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan. Di dalam mempertahankan kemerdekaannya Indonesia menempuh dua cara yaitu  melawan dan  berunding. Keduanya saling terikat dan berhubungan antara satu dengan lainya. Selama masa revolusi fisik perjuangan melalui diplomasi banyak dilakukan Pemerintah Indonesia dengan Belanda, baik disponsori oleh pihak ketiga maupun tidak. Perjuangan dengan jalan diplomasi adalah salah satu cara yang dilakukan Pemerintah Indonesia pada awal kemerdekaan.
            Australia merupakan negara yang sangat membantu Indonesia, Australia merupakan jembatan penghubung antara Indonesia dengan negara-negara barat terutama Amerika dan Ingris yang sangat besar pengaruhnya di dalam PBB. Australia juga sangat aktif dan gigih dalam memperjuangkan agar masalah Indonesia-Belanda dimasukan dalam agenda PBB. Australia berusaha untuk mendapatkan pengakuan  kemerdekaan Indonesia dari negara lain, karena pengakuan dari negara lain sangat penting bagi Indonesia. Hal ini dikarenakan bahwa Indonesia belum diakui secara De jure. Pemerintah Indonesia dengan cepat menyusun strategi untuk memperkuat posisi Indonesia di dunia Internasional dengan cara mencari pengakuan dan dukungan sebanyak-banyaknya dari negara lain dan yang terpenting adalah mencari dukungan dari negara yang kuat dan terbaik untuk memperjuangkan pengakuan yang sama dari Belanda. pada saat agresi militer  I Australia menyarankan  pihak Indonesia memintak bantuan  kepada sekretaris jenderal  PBB, begitu juga pada agresi militer Belanda ke-II pemerintahan  Australia  sendiri yang  memintak bantuan langsung kepada dewa PBB agar seragan Belanda itu dihentikan. Bantuan ini dikabulkan oleh PBB sehingga terjadi beberapa perundingan antara Indonesia dengan Belanda dimulai dari perundingan Renville sampai KMB ( Konferensi meja Bundar ).

            Faktor utama yang sebenarnya menjadi kunci kemenangan Indonesia dalam perundingan yang akhirnya memaksa Belanda untuk mengakui kedaulatan Republik Indonesia adalah aksi yang diciptakan sendiri oleh militer Belanda dalam agresi militer Belanda II. Serangan ini merupakan aksi militer yang sangat hebat dan banyak merugikan bagi pihak republik karena berhasil menguasai ibu kota Republik Indonesia dan juga berhasil menangkap pemimpin-pemimpin nasional termasuk Soekarno dan Hatta serta juga telah mencerai-beraikan sisa-sisa tentara nasional. Namun secara politik ini merupakan bencana yang membawa akibat yang patal bagi pihak Belanda, karena apa yang dilakukan oleh militer Belanda ini adalah sebuah pelanggaran yang pada akhirnya merugikan pihak Belanda. Di Perserikatan Bangsa-Bangsa, wakil Australia berbicara lebih lantang. Kononel W. R. Hodgson terus terang menyebut “aksi kepolisian” Belanda dalam bualan Desember 1948 itu sebagai “pelangaran secara sengaja dan jelas terhadap Piagam oleh anggota” dan pantas menerima pengusiran dari Perserikatan Bangsa-Bangsa.
            Dalam kegelisahannya hendak membubarkan Republik sebagai sebuah kenyataan konstitusional, Pemerintah Belanda jekas telah melampaui batas. Bukan saja telah pamer kekuatan di depan kewibawaan Perserikatan Bangsa-Bangsa tetapi juga telah memburukkan citra Barat di seluruh Asia pada waktu Komunis mencatat kemenangan-kemenangan mengesankan di Cina dan pada umumnya mempergiat pemberontakan di Asia Tenggara.
            Serangan tersebut merupakan bukti bahwa Belanda tidak menghormati penjanjian Renville yang disetujui di depan KTN, dan juga merupakan suatu penghinaan dan tindakan tidak hormat kepada PBB. Jelas saja kemudian dunia Internasional mengutuk serangan itu. Nehru mrngumpulkan Negara-negara Asia dan Afrika untukakhirnya  mengecam secara keras tindakan sepihak Belanda, kemudian ia pun memasukkan resolusi ini ke PBB. Negara-negara yang biasanya mengawal kepentingan Belandapun mulai menyingkir. Perancis, Ingris, dan Amerika mulai berubah posisinya terhadap Belanda, sementara Nehru mrngtakan bahwa serangan militer Belanda adalah serangan yang paling memalukan yang pernah terjadi.
             Australia juga bersikap sangat kritis dalam memperjuankan kemerdekaan Indonesia melalui keanggotaannya dalam United Nations Committee on Indonesia, Australia mendesak Amerika agar mengunakan pengaruhnya untuk mendesak Belanda agar segera menyelesaikan perundingan tersebut. Pada akhir Januari 1949 Dewan Keamanan PBB menuntut pembebasan cabinet republic, pembentukan suatu pemerintah sementara, dan penyerahan kedaulatan segera sebelum tanggal 1 Juli 1950.
            Dalam perjuangan diplomasi ini, Indonesia telah semaksimal mungkin menekan resiko yang merugikan wilayah RI dalam perundingan. Contohnya pada perjanjian Linggarjati, Indonesia melalui cabinet Syahrir merelakan wilayahnya berkurang menjadi selingkup Jawa, Sumatera, dan Madura namun berhasil mendapatkan pengakuan atas suatu organisasi yang nantinya akan tergabung dalam Republik Indonesia Serikat. Kemudian pada perjanjian Renville, Indonesia yang posisinya sudah sedemikian rapuh akibat agresi militer Belanda tetap memiliki kedaulatan di wilayah Yogyakarta yang dijadikan ibu kota negara walaupun harus merelakan mengakui pengurangan wilayahyang sangat drastic tersebut. Hal yang sama juga terjadi pada perjanjian Roem-Royen, Indonesia yang kemudian menuai hasil setelah usahanya dalam diplomasi mulai direspon PBB atas desakan Australia dan India.  Akhirnya kedaulatan Indonesia diserahkan pada tanggal 27 Desenber 1949 melalui Konfrensi Meja Bundar dan Australia juga mensponsori masuknya Indonesia sebagai anggota PBB pada tahun 1950.         
            Hubungan yang dimulai sangat harmonis dan bersahabat antara Australia dengan Indonesia.  Hubungan ini menjadi beku ketika Idonesia menjalankan  politik luar negeri   yang militan pada saat itu Australia di perintah oleh  partai liberal  yang dikepalai oleh Menzies tahun 1950. Pandangan terhadap Indonesia  berubah drastis. Australia menggap bahwa indonesia  bersifat agresif dan ekposionis  dan sebaliknya para politisi Indonesia menggap bhwa Australia sangat munafik. Permasalahan yang utama terletak maslah Irian Barat yang berda ditimur Indonesia yang belum dijamah oleh Hindia Belanda. Namun disisi lain Australia menaruh  perhatian  atas keamanan terhadap New Guinea yang pada saat itu merupakan wilayah kawasan australia. Australia kwatir kalau Indonesia menguasai Irian Barat nanti kekuasaan itu akan menyebar ke New Guinea kecurigaan itu bertmbah  dengan adanya politik konfrontasi Indonesia dengan Malysia. Australia melihat bawah daerah itu sangat strategis untuk menjadi wilayahnya tetapi Indonesia tidak mau melepaskanya, malahan Belanda dibujuk oleh Australia agar tidak melanjuti perundingan. Namun kenyataan yang sebenarnya bahwa Australia sangat takut kalau wilayah Irian Barat di ambil Indonesia itu bisa mengncam bagi Australia sendiri. Karena Australia takut adanya serangan dari utara.

KESIMPULAN
Tahun 1945-1949 hubungan Indonesia-Australia boleh dikatakan sangat baik, meskipun usia Indonesia pasa waktu itu tergolong sangat muda. Dengan lahirnya Indonesia sebagai negara mardeka banyak  menghadapi tangtangan, terutama dari Belanda yang ingin kembali menjajah. Namun, Indonesia selalu berusaha untuk mempertahankan kemerdekaan yang telah di proklamasikan tersebut. Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut Indonesia menempuh dua jalan, yakni diplomasi dan perang. Untuk diplomasi, Indonesia butuh dukungan dari Negara lain, Australia adalah Negara yang sangat aktif dalam membantu perjuangan Indonesia pada waktu itu.
Hubungan luar negeri kedua Negara pada masa ini memang lebih banyak pada bidang politik. Itu tidak heran jika melihat dari sisi Indonesia yang baru merdeka. Selanjutnya, hubungan kedua Negara baik pada waktu itu tidak terlepas dari situasi politik pemerintahan di Australia sendiri, dimana waktu itu Partai Buruh sedang berkuasa di parlemen Australia.

DAFTAR PUSTAKA
J.Siboro,1989,Sejarah Australia, Jakarta : P2LPTK
Ratih.Harjono,1992, Suku Putihnya Asia Perjalanan Australia Mencari jati Dirinya, Jakarta : Gramedia
Jolius.Siboro,2012, Sejarah Indonesia “Dari terbentuknya Commonwealth sampai terbentuknya kerja sama regional negara di Asia  dan Pasifik”,Yokyakrta : Ombak
Anshor.Zia, 2007, Indonesia Mardeka karena Amerika. Terjemahan dari Gouda.Frances, Jakarta : PT Serambi Ilmu Semesta
Suryadinata.Leo,1998,Politik Luar Negeri Indonesia di Bawah Suharto,Jakarta : PT Pustaka LP3ES Indonesia
Bandoro.Batarto,1994.Hubungan Luar Negeri  Indonesia Selama orde Baru, Jakarta : Centre For Strategic and Internasional Studies ( CSIS)
Kusumaatmadja.Mochtar,1983, Politik Luar Negeri Indonesia dan Pelaksanaanya Dewasa ini, Bandung : Alumni Bandung
Sriwibawa.Sugiarto, 1995, Hubungan Australia dengan Indonesia “ Faktor Geografis dan Strategis  Keagamaan “, terjemahan dari Critchley.Susan, Jakarta : Ui-Press
Zulkifli.Hamid, 1999,  Sistem Politik Australia, Bandung : Remaja Rosdakarya
Hilman.Adil,1993, Hubungan Australia dan Indonesia 1945 -  1962, Jakarta : Djambatan
Atlas Indonesia dan Dunia, 2010, Badung : CV Pustaka Setia Bandung
Jurnal : Darmawan.Wawan, Aliansi Australia dalam ANZUZ Teraty ( 1951). Di Akses Tanggal 19 April 2013. 08.00 Wib.
Hubungan Politik Luar Negeri Australia dengan Asia Timur “PDF”. Di Akses 18 April 2013. 09.15 Wib.
Arah Politik Luar Negeri Australia Masa Kini “PDF”. Di Akses tanggal 18 April 2013. 10.20 Wib.
Skripsi : Me.Crista,2011, Kebijakan Luar Neheri Australia Terhadap Indonesia : Pemerintahan John Howard dari Partai Koalisi Liberal ( 1996 – 2007 ) dan pemerintahan Kevin Ruth dari Partai Buruh ( 2007  - 2010 ), Jakarta







































DAFTAR PUSTAKA
Sriwibawa.Sugiarto, 1995, Hubungan Australia dengan Indonesia “ Faktor Geografis dan Strategis  Keagamaan “, terjemahan dari Critchley.Susan, Jakarta : Ui-Press
J.Siboro,1989,Sejarah Australia, Jakarta : P2LPTK
Fernandes. S. Frans.1998. Hubungan Internasional dan Peranan Bangsa Indonesia Suatu Pendekatan Sejarah. Jakarta : Depertemen Pendidikan dan Kebuadayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Objek Pengembangan LPTK.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar