HUBUNGAN
LUAR NEGERI AUSTRALIA - INDONESIA
PADA
MASA REVOLUSI FISIK ( 1945 – 1950 )
Letak
Geografis Australia dan Indonesia
Australia
adalah sebuah benua kecil yang terletak
diantara Lautan Hindia dan Lautan
Pasifik yang bertetanggan dengan Indonesia.
Papua Nuguni di sebelah utara, Solomon dan Fiji disebelah timur. Secara
geografis Australia masuk kedalam kawasan Lautan Pasifik walaupun negara ini
lebih dekat ke kawasan Asia karena sangat dekat dengan Indonesia. Australia merupakan negara ke enam
terluas didunia yang memiliki luas
7.792.000 Km2 yang wilayahnya empat kali
luasnya Indonesia. Benua ini dikontrol secara tunggal oleh sebuah federasi yang
disebut Australia yaitu nama aslinya ( Commonwealh of Australia ) di
bentuk 1 Januari 1901.
Indonesia adalah negara yang
terletak disebelah Utara Australia, yang pada saat itu belum menjadi sebuah
negara mardeka. Negara yang luas,
penduduk yang banyak dan kaya akan sumber daya alam.
Latar
Belakang Australia Melirik Indonesia
Di Australia ada
tiga partai yang selalu berkoalisi untuk mendapat kursi pemerintahan yaitu
Partai Baruh, Partai Liberal dan Partai Country ( nasional). Partai ini saling
berkoalisi untuk menduduki kursi pemerintahan. Pada tahun 1945 yang menduduki
kursi pemerintahan adalah partai buruh. Perdana menteri Australia adalah J. B. Chifly dan Menteri Luar Negeri Australia adalah Herbert
Vere Evatt, Hubungan luar negeri Australia dimulai
sesudah Perang Dunia II. Australia yang bekerjasama dengan Amerika
Serikat setelah Perang Dunia II
mempunyai tujuan yaitu mengantisipasi masalah pertahanan, yang bisa dikatakan
sebagai kepentigan pertahanan meliter Australia. Yang sangat bergantung kepada
Amerika Serikat. Akan tetapi Australia tidak hanya sampai disini, sebab masalah
pertahanan tidak bisa diselesaikan dengan mengandalkan mesin pertempuran yang
cangih. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, kesalahan letak Asutralia mengharuskan negara ini menata
kehidupan politik luar negerinya dengan mempertimbangkan Good Neighbourhood (tetangga
yang baik) dengan negara sekitarnya. Dalam kaitanya dengan Australia,
Containment Policy ( kebijakan pertahanan) yang diperkaisai oleh Amerika
Serikat, membuat Australia harus memahami proses terjadinya kebangkitan
nasionalisme di negara – negara Asia dan Afrika. Sehingga Australia mulai
melirik Indonesia.
Australia dan Indonesia
bertetanggaan sangat dekat, namun perhatian Australia pada saat itu
terhadap Indonesia belum ada, karena
Australia menganggap Indonesia adalah
Hindia Belanda jadi mereka selalu mengadakan kerjasama dengan orang Belanda.
Perhatian Australia sudah mulai ada ketika
Australia mulai menyadari Indonesia merupakan sebuah kawasan yang kaya
akan sumber daya alam dan juga sangat strategis untuk bisa melindungi Australia
dari serangan bagian Utara karena wilayah ini sangat mudah diserang dibagian
utara. Jadi yang ditakutkan Australia serangan dari sebelah utara ( Jepang,
Indonesia dll ). Untuk mempertahankan negaranya Australia berusaha mengadakan
kerjasama dengan Indonesia. Sehingga ia
berusaha mengambil simpati terhadap Indonesia
Kondisi
Indonesia tahun 1945
Indonesia pada masa ini sedang berusahan mendapat
kemerdekaan dari Belanda. Akibat penderitaan
yang selalu dirasakan oleh rakyat karena kolonialisme barat. Keinginan untuk
mencapai kemerdekaan sangat besar. Sehingga terjadi perlawanan secara besar –
besaran. Australia sangat banyak membantu Indonesia dalam bidak politik yaitu
mengirim angkatan bersenjata Australia untuk mengusir Jepang. Sesudah kemerdekaan Indonesia masih berjuang dengan
agresi militer I dan II untuk melawan Belanda.
Hubungan
Australia dan Indonesia
Hubungan Australia dengan Indonesia masih sangat lemah karena terlalu
banyak perbedaan antara keduanya baik itu dari sistem politik, sosial, budaya,
hukum serta latar belakang sejarah keduanya yang sama sekali tidak mempunyai
kesamaan. Tapi karena Australia dekat dengan Indonesia mau tidak mau Australia
harus melakukan kerjasama dengan Indonesia, apalagi masalah keamana dan
pertahanan negara mereka.
Australia telah menjalin hubungan dengan Indonesia
sebelum kemerdeaan Indonesia 1945. Simpati Australia ditandai dengan peryataan
Menteri Luar Negeri Australia, Dr. Herbert Vere Evatt, yang pada waktu
kunjungannya ke Amerika Serikat menyarankan agar Hindia Belanda dan Indonesia
dapat menjadi mitra yang erat dalam mengembangkan dan mendatangkan cara hidup
yang lebih baik bagi rakyat Indonesia. Selain itu, Indonesia mendapat dukungan
dari partai yang ketika itu bersuara di pemerintahan Australia. Menanggapi
pertikaian antara Indonesia-Belanda partai buruh menginginkan Belanda agar
lebih liberal dan realistis dalam menyesuaikan tuntutan rakyat Indonesia. Harapan dari pemerintah Australia terhadap pendapatnya
tentang Indonesia dan Belanda, dengan tidak mendukung kolonialisme dan tidak
mendukung nasionalisme Indonesia maka pemerintah Australia punya keyakinan akan
dapat melindunggi keamanan Australia dan membantu stabilitas kawasan Asia
Tenggara.
Usaha-usaha Pemerintah Belanda untuk menegakkan kembali
kolonialnya di Indonesia diantara tahun 1945-1949 benar-benar dihalangi oleh
Serikat Buruh dan Pemerintah Australia yang pada saat itu dikuasai oleh Partai
Buruh. Kapal-kapal Belanda tidak tidak diberi bahan bakar, dan para pekerja
pelabuhan tidak mau menaikkan muatan bahan persediaan ke atas kapal Belanda.
Australia berperan penting dalam menbantu para pejuang
nasonalis Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan. Di dalam mempertahankan
kemerdekaannya Indonesia menempuh dua cara yaitu melawan dan berunding. Keduanya saling terikat dan
berhubungan antara satu dengan lainya. Selama masa revolusi fisik perjuangan
melalui diplomasi banyak dilakukan Pemerintah Indonesia dengan Belanda, baik
disponsori oleh pihak ketiga maupun tidak. Perjuangan dengan jalan diplomasi
adalah salah satu cara yang dilakukan Pemerintah Indonesia pada awal
kemerdekaan.
Australia merupakan negara yang sangat membantu Indonesia,
Australia merupakan jembatan penghubung antara Indonesia dengan negara-negara
barat terutama Amerika dan Ingris yang sangat besar pengaruhnya di dalam PBB.
Australia juga sangat aktif dan gigih dalam memperjuangkan agar masalah
Indonesia-Belanda dimasukan dalam agenda PBB. Australia berusaha untuk
mendapatkan pengakuan kemerdekaan
Indonesia dari negara lain, karena pengakuan dari negara lain sangat penting
bagi Indonesia. Hal ini dikarenakan bahwa Indonesia belum diakui secara De jure. Pemerintah Indonesia dengan
cepat menyusun strategi untuk memperkuat posisi Indonesia di dunia
Internasional dengan cara mencari pengakuan dan dukungan sebanyak-banyaknya
dari negara lain dan yang terpenting adalah mencari dukungan dari negara yang
kuat dan terbaik untuk memperjuangkan pengakuan yang sama dari Belanda. pada
saat agresi militer I Australia
menyarankan pihak Indonesia memintak
bantuan kepada sekretaris jenderal PBB, begitu juga pada agresi militer Belanda
ke-II pemerintahan Australia sendiri yang
memintak bantuan langsung kepada dewa PBB agar seragan Belanda itu dihentikan.
Bantuan ini dikabulkan oleh PBB sehingga terjadi beberapa perundingan antara
Indonesia dengan Belanda dimulai dari perundingan Renville sampai KMB (
Konferensi meja Bundar ).
Faktor utama yang sebenarnya menjadi kunci kemenangan
Indonesia dalam perundingan yang akhirnya memaksa Belanda untuk mengakui
kedaulatan Republik Indonesia adalah aksi yang diciptakan sendiri oleh militer
Belanda dalam agresi militer Belanda II. Serangan ini merupakan aksi militer
yang sangat hebat dan banyak merugikan bagi pihak republik karena berhasil
menguasai ibu kota Republik Indonesia dan juga berhasil menangkap
pemimpin-pemimpin nasional termasuk Soekarno dan Hatta serta juga telah
mencerai-beraikan sisa-sisa tentara nasional. Namun secara politik ini
merupakan bencana yang membawa akibat yang patal bagi pihak Belanda, karena apa
yang dilakukan oleh militer Belanda ini adalah sebuah pelanggaran yang pada
akhirnya merugikan pihak Belanda. Di Perserikatan Bangsa-Bangsa, wakil
Australia berbicara lebih lantang. Kononel W. R. Hodgson terus terang menyebut
“aksi kepolisian” Belanda dalam bualan Desember 1948 itu sebagai “pelangaran
secara sengaja dan jelas terhadap Piagam oleh anggota” dan pantas menerima
pengusiran dari Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Dalam kegelisahannya hendak membubarkan Republik sebagai
sebuah kenyataan konstitusional, Pemerintah Belanda jekas telah melampaui
batas. Bukan saja telah pamer kekuatan di depan kewibawaan Perserikatan
Bangsa-Bangsa tetapi juga telah memburukkan citra Barat di seluruh Asia pada waktu
Komunis mencatat kemenangan-kemenangan mengesankan di Cina dan pada umumnya
mempergiat pemberontakan di Asia Tenggara.
Serangan tersebut merupakan bukti bahwa Belanda tidak
menghormati penjanjian Renville yang
disetujui di depan KTN, dan juga merupakan suatu penghinaan dan tindakan tidak
hormat kepada PBB. Jelas saja kemudian dunia Internasional mengutuk serangan
itu. Nehru mrngumpulkan Negara-negara Asia dan Afrika untukakhirnya mengecam secara keras tindakan sepihak
Belanda, kemudian ia pun memasukkan resolusi ini ke PBB. Negara-negara yang
biasanya mengawal kepentingan Belandapun mulai menyingkir. Perancis, Ingris,
dan Amerika mulai berubah posisinya terhadap Belanda, sementara Nehru mrngtakan
bahwa serangan militer Belanda adalah serangan yang paling memalukan yang
pernah terjadi.
Australia juga
bersikap sangat kritis dalam memperjuankan kemerdekaan Indonesia melalui
keanggotaannya dalam United Nations
Committee on Indonesia, Australia mendesak Amerika agar mengunakan
pengaruhnya untuk mendesak Belanda agar segera menyelesaikan perundingan
tersebut. Pada akhir Januari 1949 Dewan Keamanan PBB menuntut pembebasan
cabinet republic, pembentukan suatu pemerintah sementara, dan penyerahan
kedaulatan segera sebelum tanggal 1 Juli 1950.
Dalam perjuangan diplomasi ini, Indonesia telah
semaksimal mungkin menekan resiko yang merugikan wilayah RI dalam perundingan.
Contohnya pada perjanjian Linggarjati, Indonesia melalui cabinet Syahrir
merelakan wilayahnya berkurang menjadi selingkup Jawa, Sumatera, dan Madura
namun berhasil mendapatkan pengakuan atas suatu organisasi yang nantinya akan
tergabung dalam Republik Indonesia Serikat. Kemudian pada perjanjian Renville,
Indonesia yang posisinya sudah sedemikian rapuh akibat agresi militer Belanda
tetap memiliki kedaulatan di wilayah Yogyakarta yang dijadikan ibu kota negara
walaupun harus merelakan mengakui pengurangan wilayahyang sangat drastic
tersebut. Hal yang sama juga terjadi pada perjanjian Roem-Royen, Indonesia yang
kemudian menuai hasil setelah usahanya dalam diplomasi mulai direspon PBB atas
desakan Australia dan India. Akhirnya
kedaulatan Indonesia diserahkan pada tanggal 27 Desenber 1949 melalui Konfrensi
Meja Bundar dan Australia juga mensponsori masuknya Indonesia sebagai anggota
PBB pada tahun 1950.
Hubungan yang dimulai sangat harmonis dan bersahabat
antara Australia dengan Indonesia.
Hubungan ini menjadi beku ketika Idonesia menjalankan politik luar negeri yang militan pada saat itu Australia di perintah
oleh partai liberal yang dikepalai oleh Menzies tahun 1950.
Pandangan terhadap Indonesia berubah
drastis. Australia menggap bahwa indonesia
bersifat agresif dan ekposionis dan
sebaliknya para politisi Indonesia menggap bhwa Australia sangat munafik.
Permasalahan yang utama terletak maslah Irian Barat yang berda ditimur
Indonesia yang belum dijamah oleh Hindia Belanda. Namun disisi lain Australia
menaruh perhatian atas keamanan terhadap New Guinea yang pada
saat itu merupakan wilayah kawasan australia. Australia kwatir kalau Indonesia
menguasai Irian Barat nanti kekuasaan itu akan menyebar ke New Guinea
kecurigaan itu bertmbah dengan adanya
politik konfrontasi Indonesia dengan Malysia. Australia melihat bawah daerah
itu sangat strategis untuk menjadi wilayahnya tetapi Indonesia tidak mau
melepaskanya, malahan Belanda dibujuk oleh Australia agar tidak melanjuti
perundingan. Namun kenyataan yang sebenarnya bahwa Australia sangat takut kalau
wilayah Irian Barat di ambil Indonesia itu bisa mengncam bagi Australia
sendiri. Karena Australia takut adanya serangan dari utara.
KESIMPULAN
Tahun
1945-1949 hubungan Indonesia-Australia boleh dikatakan sangat baik, meskipun
usia Indonesia pasa waktu itu tergolong sangat muda. Dengan lahirnya Indonesia
sebagai negara mardeka banyak menghadapi
tangtangan, terutama dari Belanda yang ingin kembali menjajah. Namun, Indonesia
selalu berusaha untuk mempertahankan kemerdekaan yang telah di proklamasikan
tersebut. Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut Indonesia menempuh dua
jalan, yakni diplomasi dan perang. Untuk diplomasi, Indonesia butuh dukungan
dari Negara lain, Australia adalah Negara yang sangat aktif dalam membantu
perjuangan Indonesia pada waktu itu.
Hubungan
luar negeri kedua Negara pada masa ini memang lebih banyak pada bidang politik.
Itu tidak heran jika melihat dari sisi Indonesia yang baru merdeka.
Selanjutnya, hubungan kedua Negara baik pada waktu itu tidak terlepas dari
situasi politik pemerintahan di Australia sendiri, dimana waktu itu Partai
Buruh sedang berkuasa di parlemen Australia.
DAFTAR
PUSTAKA
J.Siboro,1989,Sejarah
Australia, Jakarta : P2LPTK
Ratih.Harjono,1992,
Suku Putihnya Asia Perjalanan Australia Mencari jati Dirinya, Jakarta :
Gramedia
Jolius.Siboro,2012,
Sejarah Indonesia “Dari terbentuknya
Commonwealth sampai terbentuknya kerja sama regional negara di Asia dan Pasifik”,Yokyakrta : Ombak
Anshor.Zia,
2007, Indonesia Mardeka karena Amerika. Terjemahan dari Gouda.Frances, Jakarta
: PT Serambi Ilmu Semesta
Suryadinata.Leo,1998,Politik
Luar Negeri Indonesia di Bawah Suharto,Jakarta : PT Pustaka LP3ES Indonesia
Bandoro.Batarto,1994.Hubungan
Luar Negeri Indonesia Selama orde Baru,
Jakarta : Centre For Strategic and Internasional Studies ( CSIS)
Kusumaatmadja.Mochtar,1983,
Politik Luar Negeri Indonesia dan Pelaksanaanya Dewasa ini, Bandung : Alumni
Bandung
Sriwibawa.Sugiarto,
1995, Hubungan Australia dengan Indonesia “ Faktor Geografis dan Strategis Keagamaan “, terjemahan dari Critchley.Susan,
Jakarta : Ui-Press
Zulkifli.Hamid,
1999, Sistem Politik Australia, Bandung
: Remaja Rosdakarya
Hilman.Adil,1993,
Hubungan Australia dan Indonesia 1945 -
1962, Jakarta : Djambatan
Atlas
Indonesia dan Dunia, 2010, Badung : CV Pustaka Setia Bandung
Jurnal
: Darmawan.Wawan, Aliansi Australia dalam ANZUZ Teraty ( 1951). Di Akses
Tanggal 19 April 2013. 08.00 Wib.
Hubungan
Politik Luar Negeri Australia dengan Asia Timur “PDF”. Di Akses 18 April 2013.
09.15 Wib.
Arah
Politik Luar Negeri Australia Masa Kini “PDF”. Di Akses tanggal 18 April 2013.
10.20 Wib.
Skripsi
: Me.Crista,2011, Kebijakan Luar Neheri Australia Terhadap Indonesia :
Pemerintahan John Howard dari Partai Koalisi Liberal ( 1996 – 2007 ) dan
pemerintahan Kevin Ruth dari Partai Buruh ( 2007 - 2010 ), Jakarta
DAFTAR
PUSTAKA
Sriwibawa.Sugiarto,
1995, Hubungan Australia dengan Indonesia “ Faktor Geografis dan Strategis Keagamaan “, terjemahan dari Critchley.Susan,
Jakarta : Ui-Press
J.Siboro,1989,Sejarah
Australia, Jakarta : P2LPTK
Fernandes.
S. Frans.1998. Hubungan Internasional dan Peranan Bangsa Indonesia Suatu
Pendekatan Sejarah. Jakarta : Depertemen Pendidikan dan Kebuadayaan Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Objek Pengembangan LPTK.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar